PKS ngancam kubu SBY keluar dari rencana koalisi kalo berkoalisi dengan Golkar. Sementara kubu JK juga terpancing menanggapi fungsionaris PKS Anis Matta dengan berusaha mempengaruhi SBY untuk tidak melibatkan PKS. Kalo petanya seperti itu hitung-hitungannya apakah SBY berani memilih salah satunya. Ada yang memprediksikan SBY akan tetap menang dipasang dengan siapapun.
Masalahnya lainnya adalah SBY butuh pemerintahan yang stabil. Jika sudah begitu apakah JK berani mencalonkan diri sebagai capres kalau proposal ditolak SBY. Kubu SBY bisa saja sedikit berani mengambil tokoh golkar lainnya seperti sultan atau Akbar Tanjung. Tentu kalau kalah struktur kepemimpinan di partai golkar akan berubah, ini yang tidak diingini JK. Tengok saja munas di Bali saat Akbar digeser JK. Jadi SBY bisa saja lebih leluasa menentukan arah koalisinya. Tapi faktor pengalaman tandem dengan JK lebih nyaman aman atau tidak bisa menjadi pertimbangan melanjutkan duet SBY-JK. Kita tunggu saja.
Seandainya SBY secara eksplisit saja mengatakan bahwa dia tidak tertarik lagi berduet dengan JK tentunya Golkar tidak terlalu lama ambil sikap. Sinyal kriteria calon wapresnya mengarah ke calon lain, bahwa SBY membutuhkan cawapres yang loyal tugasnya sebatas membantu presiden. Kita tahu kalau beberapa kali terjadi hubungan kurang harmonis bahkan ada persaingan kecil diantara keduanya. Puncaknya pada kampanye dengan jargon lebih cepat lebih baik menyinggung SBY. Manuver JK menjajaki koalisi Golden Triangle menambah faktor-faktor yang diantaranya menjadi pertimbangan SBY mengirimkan sinyalemen penolakan terhadap JK. SBY memerlukan good boy.
Kalau sudah begitu rapimnas khusus partai golkar sebaiknya menetapkan capresnya sendiri. Kira-kira siapa yang dilirik SBY sepertinya masih tetap mengambil tokoh golkar dengan dasar membentuk pemerintahan koalisi yang kuat. Siapa orangnya yang memenuhi lima kriteria itu yang pasti mau dijadikan ban serep.
Masalahnya lainnya adalah SBY butuh pemerintahan yang stabil. Jika sudah begitu apakah JK berani mencalonkan diri sebagai capres kalau proposal ditolak SBY. Kubu SBY bisa saja sedikit berani mengambil tokoh golkar lainnya seperti sultan atau Akbar Tanjung. Tentu kalau kalah struktur kepemimpinan di partai golkar akan berubah, ini yang tidak diingini JK. Tengok saja munas di Bali saat Akbar digeser JK. Jadi SBY bisa saja lebih leluasa menentukan arah koalisinya. Tapi faktor pengalaman tandem dengan JK lebih nyaman aman atau tidak bisa menjadi pertimbangan melanjutkan duet SBY-JK. Kita tunggu saja.
Seandainya SBY secara eksplisit saja mengatakan bahwa dia tidak tertarik lagi berduet dengan JK tentunya Golkar tidak terlalu lama ambil sikap. Sinyal kriteria calon wapresnya mengarah ke calon lain, bahwa SBY membutuhkan cawapres yang loyal tugasnya sebatas membantu presiden. Kita tahu kalau beberapa kali terjadi hubungan kurang harmonis bahkan ada persaingan kecil diantara keduanya. Puncaknya pada kampanye dengan jargon lebih cepat lebih baik menyinggung SBY. Manuver JK menjajaki koalisi Golden Triangle menambah faktor-faktor yang diantaranya menjadi pertimbangan SBY mengirimkan sinyalemen penolakan terhadap JK. SBY memerlukan good boy.
Kalau sudah begitu rapimnas khusus partai golkar sebaiknya menetapkan capresnya sendiri. Kira-kira siapa yang dilirik SBY sepertinya masih tetap mengambil tokoh golkar dengan dasar membentuk pemerintahan koalisi yang kuat. Siapa orangnya yang memenuhi lima kriteria itu yang pasti mau dijadikan ban serep.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar